halaman

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

tentang saya

Foto saya
makassar, sulawesi selatan, Indonesia
tertawa adalah hal yang paling menyenangkan dan menyehatkan dan orang yang tertawa bukan karena autis

Pengikut

RSS

belajar berbahasa


A. Menyimpulkan Isi Dialog Interaktif
Informasi dapat kalian peroleh melalui berbagai cara, baik secara lisan
maupun tulisan. Salah satu cara yang dapat kalian lakukan untuk
mendapatkan informasi secara lisan yaitu melalui kegiatan menyimak dialog
interaktif. Dialog interaktif adalah percakapan yang dilakukan di televisi
atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon. Ada
pun narasumber yang dipilih adalah orang tahu yang persis tentang informasi
yang ingin disampaikan. Selain itu, kalian juga dapat memperoleh informasi
dengan bertindak sebagai pihak yang pasif, yaitu mendengarkan dengan
saksama suatu kegiatan dialog interaktif yang dilakukan oleh orang lain.
Dari kegiatan mendengarkan tersebut kalian
dapat mencatat hal-hal penting dan menyimpulkan
isi dialog yang kalian dengarkan itu. Sama halnya
dengan berita, dalam dialog interaktif kalian juga
harus menerapkan prinsip 5W + 1H berikut ini.
what : apa yang didialogkan
who : siapa yang berdialog
when : kapan dialog dilakukan
where : di mana dialog dilakukan
why : mengapa dialog dilakukan
how : bagaimana hasil dialog tersebut                   
Contoh dialog :
Penyiar : "Selamat malam para pendengar Radio Dua Duta di mana
pun Anda berada. Jumpa lagi dengan Gita Paramita di acara
dialog interaktif menjadi usahawan sukses. Para pendengar
di rumah, jika kita minum kopi rasanya kurang pas jika tanpa
gula. Memang dua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan.
Sesuai dengan uraian saya tersebut di studio telah hadir Ibu
Nuraini dan Bapak Sugiyo. Mereka berdua adalah
wirausahawan sukses di bidang agrobisnis pangan. Ibu
Nuraini adalah wirausahawati kopi robusta, adapun Bapak
Sugiyo adalah wirausahawan gula. Pendengar di rumah dapat
berpartisipasi dalam dialog interaktif ini dengan menghubungi
nomor (021) 637300. Baiklah akan Gita perkenalkan
narasumber kita pada malam hari ini. Selamat malam Ibu
Nuraini dan Bapak Sugiyo!"
Ibu Nuraini : "Selamat malam Mbak Gita dan para pendengar di rumah!"
12345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678
Bapak Sugiyo : "Selamat malam!"
Penyiar : "Bagaimana asal mula Bapak dan Ibu dapat menekuni usaha
ini?"
Bapak Sugiyo : "Usaha ini saya mulai pada tahun 1998. Ketika itu kondisi
perekonomian bangsa baru terpuruk akibat krisis moneter.
Tanpa sengaja saya mendengar siaran radio tentang kiat-kiat
usaha di masa krisis. Dijelaskan bahwa usaha bisa diawali
dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar kita. Saya
lalu berpikir bahwa di sekeliling saya ada banyak tanaman
kelapa dan empon-empon yang bisa saya olah. Sejak saat itu
saya mencoba membuat gula pasir dari air nira tersebut."
Penyiar : "Bagaimana dengan Ibu?"
Ibu Nuraini : "Pada tahun 2000 saya memulai mencoba memperbarui produk
kopi robusta Sumbawa. Sebelumnya kopi robusta asal Batu
Lantek tidak berkembang karena selama ini proses pengerjaan
biji kopi amat sederhana. Biji kopi hanya disangrai sampai
gosong dan menghitam. Ini membuat cita rasa kafeinnya hilang
dan seakan-akan kita hanya meminum arangnya kopi itu. Saya
mencoba memperbarui hal tersebut mulai dari proses
pascapanen, pengolahan, hingga bentuk kemasannya, agar
konsumen tertarik membeli produk kopi yang tak hanya
merangsang bau kopinya, tapi juga enak diminum."
Penyiar : "Apa merek dagang yang Anda berikan untuk produk Anda ini?"
Bapak Sugiyo : "Saya memberi nama 'Gula Semut'."
Penyiar : "Unik sekali nama yang Anda berikan!"
Bapak Sugiyo : "Iya, karena bentuk gula ini berwujud butiran-butiran halus,
serupa tumpukan semut. Saya memilih kata semut agar
mudah diingat orang."
Penyiar : "Apa merek dagang yang Ibu berikan untuk produk kopi ini?"
Ibu Nuraini : "Kopi Organik Murni."
Penyiar : "Apakah Ibu menggunakan pupuk organik untuk budidaya
pohon kopi tersebut?"
Ibu Nuraini : "Iya. Kopi tersebut bebas penggunaan pupuk dan obat-obatan
kimia karena budidayanya memakai pupuk organik."
Penyiar : "Bagaimana proses pengolahan gula semut dan kopi robusta
ini?"
Bapak Sugiyo : "Pertama-tama air nira direbus. Setelah terbentuk bentuk dasar
dari gula tersebut yang berupa butiran halus, baru saya
mencampurnya dengan sari empon-empon."
Penyiar : "Bagaimana dengan Ibu?"
Ibu Nuraini : "Butiran biji kopi yang warnanya berbeda seperti merah atau
cokelat dipilah-pilah sesuai dengan warna dan ukurannya. Biji
kopi itu dicuci hingga bersih dan dijemur dua – tiga hari agar
benar-benar kering. Biji kopi kering tersebut disangrai selama
dua jam, barulah kopi ditumbuk dan diayak dengan alat yang
sudah distandarkan."

B. Mengkritik atau Memuji Berbagai Karya
Mengkritik dapat diartikan sebagai kegiatan mengemukakan pendapat
atau tanggapan terhadap sesuatu hal yang disertai dengan uraian dan
pertimbangan baik buruknya hal tersebut. Akan tetapi, sebuah kritikan oleh
orang-orang sering dikaitkan dengan hal-hal yang buruk saja, sedangkan
untuk hal-hal yang bagus sering disebut pujian. Baik kritikan ataupun pujian
hendaknya selalu diutarakan dengan alasan yang logis dan bahasa yang
santun sehingga tidak menyinggung perasaan orang yang dikritik atau
dipuji. Apabila kalian mengkritik atau memuji sebuah karya seni atau produk
disertai dengan alasan yang logis, tentunya pencipta seni atau produsen
produk tersebut tidak akan tersinggung

Perhatikanlah ilustrasi berikut!
Pada suatu hari murid-murid kelas IX SMP Tunas Muda ditugasi gurunya
untuk melihat pameran pembangunan dan membuat laporan. Usai melihat
pameran itu mereka berbincang-bincang tentang pameran tersebut.
Yadi : “Yud, ramai ya pengunjung pameran tadi.”
Yudi : “Iya, Yad. Yang dipamerkan pun bermacam-macam.”
Yadi : “Kamu benar Yud, kamu tadi memerhatikan tidak lukisan harimau
yang sedang menerkam kijang. Wah, sungguh indah lukisan itu. Warna
lukisannya pas dan kelihatan hidup sekali.”
Yudi : “Kamu benar, Yad, maklum itu kan karya pelukis terkenal. Jadi, ya
tentu baik dan indah. Eh, Yad, kamu tadi melihat di bagian mebel
tidak?”
Yadi : “Ya, melihat. Meja, kursi, dan lemari yang dipajang di situ harganya
mahal-mahal.”
Yudi : “Bukankah yang di sebelah kiri harganya agak lebih murah, Yad?”
Yadi : “Iya juga sih, tetapi buatannya kurang baik, kurang halus, dan
peliturnya banyak yang lecet.”
Yudi : “Ya, memang mesti begitu Yad. Yang harganya murah biasanya
mutunya juga kurang baik.”
Pada ilustrasi tersebut terdapat pernyataan yang berisi pujian. Pujian
itu diucapkan oleh Yadi. Dalam pujian itu Yadi juga menyebutkan alasan
mengapa ia memuji lukisan itu. Selain memuji lukisan, Yadi juga
mengucapkan kritikan. Yadi mengkritik pameran mebel yang harganya
mahal-mahal, dan ketika Yudi mengatakan bahwa yang sebelah kiri
harganya murah dijawab Yadi, bahwa yang murah buatannya kurang baik,
kurang halus, dan peliturnya lecet-lecet.
Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam memuji atau
mengkritik, seseorang harus menyebutkan alasan mengapa suatu barang
atau karya seni dianggap baik atau tidak baik.
C. Menganalisis Nilai-nilai Kehidupan dalam Cerpen
Cerpen merupakan salah satu bentuk karya
sastra yang berwujud prosa. Cerpen ada yang
bersifat fiktif dan nonfiktif. Cerita yang ditampilkan
dalam sebuah cerpen biasanya hanya sepenggal
peristiwa yang terjadi pada seseorang dan fokus
cerita terletak pada tokoh utamanya. Cerpen
biasanya juga diterbitkan dan dibukukan dalam
bentuk kumpulan yang disebut buku kumpulan
cerpen.
Akan tetapi, sebelum kalian berlatih menganalisis
nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam
satu buku kumpulan cerpen, terlebih dulu kalian
harus memahami tentang unsur-unsur intrinsik yang ada di dalamnya. Pada
umumnya, unsur intrinsik cerpen meliputi hal-hal berikut ini.
1. Tema adalah sumber gagasan/ide cerita atau gagasan pokok yang
dikembangkan menjadi sebuah karangan.
2. Alur adalah urutan peristiwa sebab akibat yang menjalin suatu cerita.
Ada alur maju, alur mundur, dan alur gabung (gabungan dari alur maju
dan alur mundur).
3. Tokoh adalah pelaku-pelaku dalam cerita. Tokoh dibedakan menjadi
tiga, yakni protagonis (tokoh utama), antagonis (tokoh penentang), dan
tritagonis (tokoh ketiga).
4. Sudut pandang adalah tempat atau titik dari mana seseorang melihat
objek karangan.
5. Latar adalah waktu dan tempat serta keadaan sosial yang digunakan
pengarang dalam menyusun cerita.
6. Amanat adalah pesan moral yang terdapat dalam cerita.
Bila kalian cermati, tokoh-tokoh di dalam cerpen mempunyai sifat dan
melakukan aktivitas seperti kehidupan manusia sesungguhnya. Dengan
kata lain, cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari
peran masing-masing tokoh dalam isi cerpen tersebut.
Di dalam setiap karya sastra (termasuk cerpen) terkandung beberapa
nilai yang dapat diteladani atau dipetik hikmahnya. Ada pun nilai-nilai
tersebut antara lain:
1. nilai moral atau keagamaan yaitu nilai yang berkenaan dengan Tuhan
dan agama;
2. nilai kemanusiaan atau sosial yaitu nilai yang berkenaan dengan
masyarakat;
3. nilai etika atau susila atau norma yaitu nilai yang berkenaan dengan
budi bahasa, sopan santun; dan
4. nilai estetika atau keindahan yaitu nilai yang berkenaan dengan seni
dan keindahan.


D. Menulis Cerpen berdasarkan Peristiwa Nyata
Menulis cerpen harus banyak berkhayal karena cerpen memang karya
fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen
hanya direkayasa oleh pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang
terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa
pun hanya direka-reka oleh pengarang. Oleh karena itu, cerpen (dan semua
cerita fiksi) disebut cerita rekaan.
Cerita dalam cerpen mungkin saja terjadi sebab bahan baku cerpen
memang bisa berasal dari kisah yang benar-benar terjadi dalam
masyarakat. Boleh jadi, bahan baku cerpen benar-benar dialami sendiri
oleh pengarangnya. Kisah nyata yang benar-benar terjadi itu oleh
pengarangnya diolah, yaitu ditambah, dikurangi, digabungkan, diubah nama
pelakunya, diganti tempat terjadinya, dan lain-lain. Akan tetapi, semua bahan
baku yang semula benar-benar terjadi itu setelah diolah oleh pengarang
dalam bentuk cerpen, menjadi cerita fiksi, cerita khayal, atau cerita rekaan.
Jika akan menulis cerpen, yang pertama-tama kalian lakukan adalah
mencari dan menentukan tema. Tema cerita tersebar luas di sekeliling
kalian, bahkan juga di dalam diri kita. Apa yang pernah kalian alami, lihat,
dengar, rasakan, bayangkan, dan lain-lain dapat kalian pilih menjadi tema
cerpen. Tema yang kalian pilih tentu saja tema yang menarik, terutama
menarik bagi diri kalian dan kalian perkirakan juga menarik bagi orang lain.
Setelah tema kalian tentukan, tema itu harus kalian rinci lebih dahulu
karena tema masih berupa ide pokok. Bila tema langsung dikembangkan
menjadi sebuah cerpen, penulisan cerpen masih akan mengalami banyak
kesulitan. Oleh karena itu, tema harus dirinci, dijabarkan lebih lanjut, apa
saja yang akan diceritakan.
Setelah menjabarkan tema, kita perlu mempertegas peristiwa-peristiwa
apa yang akan terjadi dalam cerpen. Peristiwa-peristiwa itu kemudian kalian
susun demikian rupa sehingga membentuk plot cerita.
Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang sambungmenyambung
dalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat. Dalam
sebuah cerita terdapat berbagai peristiwa. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa
dalam cerita itu tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan antara peristiwa satu
dengan peristiwa lainnya. Rangkaian peristiwa itulah yang membentuk plot
atau alur cerita.
Bacalah pengalaman Wayan berikut ini.
Sejak duduk di kelas VII SMP aku sudah rajin menabung. Rencananya
uang tabungan tersebut akan aku belikan playstation kesukaanku. Akan
tetapi, keinginan tersebut berubah setelah ibu meminjamnya untuk
memperluas usaha yang dimiliki keluargaku.
Pengalaman Wayan tersebut dapat diubah menjadi penggalan cerpen
berikut.
Celengan Ayam
Celengan ayam itu kutimang-timang.
Terasa berat di tanganku. Mungkin sudah
ada beratus-ratus uang logam dan
lembaran ribuan di sana. Mungkin juga
sudah cukup untuk membeli playstation
impianku. Tapi ... kembali terngiang ucapan
ibu tadi siang.
"Yan, bagaimana menurutmu kalau
celengan ayammu tidak usah kamu
gunakan untuk membeli playstation?" ucap
ibu lirih.
"Lalu mau digunakan untuk apa, Bu?"
"Ibu mempunyai rencana untuk
memperluas kios kita dengan barangbarang
kebutuhan rumah tangga lainnya.
Kamu mengerti maksud ibu bukan, Yan?"
"Iya, Bu."
Ah seandainya saja ayah masih ada.
Tentu ibu tidak perlu bersusah payah
membuka kios seperti itu. Seandainya
saja ... .
Dengan pelan-pelan kuelus celengan
ayam itu. Ada rasa sayang untuk merelakan
satu-satunya benda yang kumiliki itu.
Celengan yang kumiliki sejak kelas VII
SMP. Setiap hari aku mengisinya dengan
uang saku yang diberikan ayah. Sedikit
demi sedikit. Hingga akhirnya menjadi
seberat ini. Haruskah kubuka celengan itu
untuk kuberikan pada ibu?
Sekelebat wajah ibu membayang di
pikiranku. Aku kasihan padanya. Sejak
ayah meninggal. Ibu terlihat semakin
bertambah tua, mungkin karena beban berat
yang harus ditanggungya. Kubulatkan
niatku untuk merelakan celengan ayam itu.
Untuk terakhir kali kuelus celengan itu.
Selamat tinggal playstation. Perlahan
kuangkat celengan itu dan kubanting ke
lantai. Pyaar ... . Celengan itu pecah
berkeping-keping. Uang logam dan
lembaran uang kertas berserakan di lantai.
Kupungut satu per satu untuk kuhitung.
........................................

E. Menggunakan Imbuhan -man, -wan, dan -wati
Perhatikan contoh kalimat berimbuhan -man, -wan, dan -wati yang
dikutip dari Materi A berikut ini.
1. Jumpa lagi dengan Gita Paramita di acara dialog interaktif menjadi
usahawan sukses.
2. Ibu Nuraini adalah wirausahawati kopi robusta.
3. Bapak Sugiyono adalah wirausahawan gula semut.
Dalam kalimat di atas terdapat kata usahawan, wiraswastawan, dan
wiraswastawati. Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang berimbuhan
asing -man, -wan, dan -wati.
Imbuhan -wan, dan -wati berasal dari bahasa Sanskerta -van dan
-vati. Kata-kata berimbuhan -wan dan -wati termasuk kata benda. Imbuhan
-wati merujuk pada perempuan sedangkan imbuhan -wan merujuk pada
laki-laki. Imbuhan -man merupakan variasi bentuk/alomorf dari imbuhan
-wan. Akan tetapi imbuhan -man penggunaannya tidak produktif. Imbuhan
tersebut dapat merujuk pada laki-laki atau perempuan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

setelah membaca isi dari blog ini, lebih baik lagi jika anda bisa meninggalkan sebuah komentar berupa kritik dan saran..
terima kasih atas kunjungannya